Dengan munculnya Bitcoin Ordinals, prasasti menjadi hal terpanas di dunia Web3. Perpaduan antara meroketnya harga dan narasi baru yang berani terus menyedot kolektor dari dunia lama NFT tradisional.
Pendukung prasasti menyoroti bagaimana mereka memecahkan banyak masalah yang membebani industri NFT; mereka mengatakan prasasti lebih konkrit, aman, dan terintegrasi.
Mereka adalah segalanya yang diinginkan oleh NFT tetapi tidak pernah bisa terwujud.
Promosi ini meyakinkan banyak kolektor baru dari ekosistem bitcoin, dan blockchain lainnya pun mengikuti jejaknya. Tapi apakah semua ini hanya sekedar hype?
Kolektor NFT tradisional dan maksimalis bitcoin menanyakan pertanyaan yang sama:
Panduan pemula berikut akan menjawab semua pertanyaan ini dan banyak lagi. Tapi pertama-tama, berikut adalah ringkasan dari NFT.
Token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT) adalah token blockchain yang dirancang agar benar-benar unik. Tidak seperti mata uang, token NFT tidak setara satu sama lain atau dapat dipertukarkan, masing-masing memiliki identitas on-chain tersendiri.
Melalui proses yang disebut pencetakan, pengguna membuat token ini dan menghubungkannya ke media melalui metadata token. Media ini biasanya berupa file gambar, teks, video, atau audio.
Secara tradisional, NFT dipandang sebagai membuat instance suatu media menjadi satu objek konkret. Seperti kanvas tempat sebuah mahakarya dilukis, token memberikan eksistensi individual pada sebuah gambar/bentuk yang dapat direproduksi di tempat lain. Menyalin Mona Lisa dengan sempurna ke kanvas lain tidak berarti salinannya kini menjadi real deal; objek pertama yang dilukis Leonardo Da Vinci dianggap sebagai karya seni asli. Dengan cara yang sama, media digital yang dicetak dengan token unik seharusnya menjadi contoh “nyata” dari item tersebut.
Orang yang ingin berinvestasi di media memperdagangkan token NFT yang dicetak seperti benda koleksi digital. Hal ini dianggap memiliki nilai seni atau sejarah yang melekat pada konten media yang terhubung, dan merupakan bukti kepemilikan seseorang atas karya tersebut.
Masalah dengan NFT tradisional adalah terputusnya hubungan antara token dan media.
Media tidak secara harfiah ada dalam metadata token, karena data ini umumnya tidak cukup kuat untuk menampung file media lengkap. Seringkali, data ini hanyalah tautan ke bagian tersebut, yang dihosting di server eksternal. Jika server down, link di NFT tidak akan berfungsi lagi. Selanjutnya, jika ada pelaku jahat yang terlibat, mereka bahkan dapat mengubah bagian data yang terhubung dengan token dengan mengakses server.